Selasa, 28 Oktober 2014

#JakartaReposeProject : Warung Bu Kris cabang Fatmawati



Warung Bu Kris adalah salah satu rumah makan sederhana yang terletak di Jakarta Selatan. Rumah makan milik keluarga ini sudah berdiri di Fatmawati sejak 5 tahun lalu. Pengelolanya. Bapak Randra, adalah generasi ketiga dari pemegang merek Bu Kris.  Dengan range harga 3000-52000, Warung Bu Kris mampu menyedot perhatian banyak kalangan yang melewati jalan RS Fatmawati. Rasa yang enak, lokasi yang strategis hingga harga yang terjangkau mampu menarik hingga ratusan orang per hari. Konsumen dari Warung Bu Kris antara lain adalah pekerja kantoran, ibu rumah tangga, hingga para kaum muda. Usianya beragam, mulai dari anak anak, hingga lansia . Dengan menu favorit ayam penyet, yakni ayam penyet dengan berbagai jenis sambal, Bu Kris sukses mempertahankan eksistensinya di kalangan restoran restoran serupa yang berjajar di daerah Fatmawati dan Cipete.  Harga 16.000 untuk sepotong ayam penyet dirasa pas dan sebanding oleh sebagian besar kalangan

Ditemui di restorannya pada hari kerja, Pak Randra banyak menceritakan pengalanannya seputar mengelola restoran legendaris ini. Dalam perbincangan di pagi hari itu, Pak Randra yang memegang restoran tersebut 4 tahun terakhir menceritakan bahwa  ia mengharapkan pengunjung yang datang ke rumah makannya  mendapatkan kesan bahwa Warung Bu Kris itu bersih, terjangkau dan nikmat.
Selain itu, Pak Randra mengatakan bahwa Warung Bu Kris hingga kini belum pernah memasang iklan berbayar pada media massa. Seluruh iklan yang ada,menurut Pak Randra,adalah hasil review konsumen yang puas dengan kualitas produk dan pelayanan Warung Bu Kris

Bagi Pak Randra, terdapat keunikan tersendiri dari Warung Bu Kris yang terletak di Fatmawati ini disbanding Warung Bu Kris di tempat lain. Misalnya saja, di warung Bu Kris Fatmawati, pengunjung biasanya terpaku pada menu andalan Ayam Penyet Saja, hal ini berbeda daripada Warung Bu Kris di BSD yang biasanya lebih bervariasi pilihan menunya mulai sayur hingga menu lain. Selain itu pengunjung yang lebih senior biasanya lebih menyukai menu yang menggunakan sayur seperti gado gado dll

Saat ditanya mengenai strategi sukses membangun warung Bu Kris, Pak Randra pun menjawab “ Kita lebih focus pada inovasi produk, produk kita tingkatkan terus dan citra rasa. Kedua dari harga /price. Kita pokoknya price yang kita buat itu selalu bisa punya terjangkau pada seluruh kalangan. Ketiga kita kan ini bisnis keluarga,ya solidnya kita keluarga ini untuk membangun image dari watung Bu Kris itu sendiri, yaitu image yang terjangkau, tapi makanannya enak dan sesuai selera konsumen”
Saat sedang ramai, Pak Randra menyiasatinya dengan menyiapkan bahan makanan terlebih dahulu dan menyiagakan sumber daya manusia, sehingga proses memasak makanan pun tidak terlalu lama. Hal ini untuk memastikan bahwa pengujung tidak menunggu terlalu lama dan arus keluar masuk pengujung bisa menjadi lebih cepat.   Pak Randra juga mengatakan bahwa biasanya waktu berkunjung  di Warung Bu Kris tidak lebih dari 1 jam. Hal ini dihitung dengan rata-rata, yakni  5 menit untuk memesan, 15 menit menunggu pesanan,   5-20 menit untuk menikmati masakannya, dan setelahnya pengunjung biasanya mengobrol dan bercanda sejenak. Tidak jarang pula ada pengunjung yang menghabiskan waktu lebih lama( terutama pada apgi hari) untuk membaca koran, dll. Namun hal ini bisa berbeda pada hari minggu dimana pengunjungnya baisanya keluarga. Pengunjung keluarga ini cenderung lebih lama menghabiskan waktu di Bu Kris karena tidak tergesa gesa jam istirahat. Biasanya, keluarga yang berkunjung menghabiskan waktu selain untuk makan juga untuk ngobrol ngobrol, bersantai sejenak, berbagi pengalaman dan membahas

 Selain itu, karena perputaran arus pengujung yang tergolong singkat, waktu menunggu pengunjung untuk mendapatkan meja biasanya tidak lebih dari 30 menit. Saat menunggu mendapatkan meja,biasanhya pengujung sudah ditawarkan menu untuk mempersingkat waktu dalam memilih menu yang akan dipesan. Pengunjung juga dapat langsung memesan makanan, sehingga saat pengjung mendapatkan meja, pesanan sudah siap. Saat weekend, pengunjung yang membawa kendaraan roda 4 juga dapat memarkirkan kendaraannya di ruko sekitar Warung Bu Kris,dikarenakan ruko tetangga dari WArung Bu Kris sendiri hanya buka pada weekdays saja. 

Dalam mengelola menu baru, Pak Randra biasanya melakukan uji coba di Warung Bu Kris yang berada di Surabaya. Dengan riset seadanya dan meneliti kemiripan preferensi rasa antara pengunjung WArung Bu Kris Surabaya dan Jakarta, dapat disimpulkan bahwa apabila menu baru laku di Surabaya, hal tersebut juga kemungkinan besar akan laku di Jakarta. Namun, ada juga penyesuaian terhadap pengujung di tiap Outlet seperti misalnya di Jakarta, pepes bandeng yang laku di Surbaya,ternyata kurang disukai pengjung di Jakarta karena dianggap terlalu pedas

Salah satu keunikan dari Warung Bu Kris adalah bahwa pengujung dapat memilih sendiri tingkat kepedasan dair sambal yang ada. Selain itu, pengujung dapat meminta apabila menginginkan sambal tertentu yang misalnya, lebih manis dari sambal biasa. Pak Randra mengatakan bahwa sebenarnya Warung Bu Kris sudah memiliki standar tertentu dalam mengatur kepedasan produknya. Namun, seringkali ada permintaan tertentu dari pengujung. Selain itu, lulusan dari Sekolah Masak ini juga mengatakan bahwa rasa dari sambal juga dipengaruhi banyak factor seperti cuaca, dll

Mengenai standar pelayanan, pengjung yang datang ke Warung Bu Kris awalnya biasanya mencari tempat duduk sendiri, kemudian ditawarkan menu sekaligus form pemesanan. Pelayan kemudian meninggalkan meja pengujung  untuk melakukan pekerjaan lain selama pengunjung memilih dan menulis pemesanan. Setelah selesai memilih dan menulis pemesanan, pengunjung akan memanggil pelayan. Pelayan kemudian akan mengulangi pemesanan dan kemudian membawa formulir tersebut ke dapur untuk kemudian ditindaklanjuti. Setelah pesanan siap di dapur, pelayan akan mengantarkan pesanan ke meja konsumen kemudian setelah selesai makan, pengunjung kemudian akan meminta bon kepada pelayan. Di Warung Bu Kris Sendiri, semua pembayaran harus dilakukan secara tunai (tidak bisa menggunakan kartu debit/kredit)

Saat memperkenalkan Warung Bu Kris di Fatmawati, dibutuhkan 6 bulan untuk menjadikan tingkat penjualan di Warung Bu Kris stabil seperti sekarang. Pembukaan cabang di Jakarta sendiri merupakan permintaan dari KonsumenSurabaya yang menginginkan adanya Warung Bu Kris di Jakarta. Konsumen setia itulah yang menjadi tombak word of mouth dari Warung Bu Kris. Tanpa diminta, banyak konsumen Surabaya yang kemudian merekomedasikan rumh makan ini kepada orang orang disekitarnya. Word of Mouth sendiri dibantu oleh website kuliner seperti openrice.com dll. 

Komplain yang paling sering didapat dari Warung Bu Kris baisanya seputar produk. Hal ini disebabkan selera pengujung yang berbeda-beda. Warung Bu Kris sendiri bisa menyesuaikan sambal dengan keinginan pengunjung. Komplain di Warung Bu Kris biasanya disampaikan langsung pada waitres  (tidak melalui mekanisme khusus seperti formulir complain dll).

Rencana kedepan dari Warung Bu Kris adalah menyediakan sambal yang dibungkus untuk dibawa. Hal ini cukup sulit karena sambal biasanya tidak tahan lama.  Hal ini disiasati dengan menggoreng sambalnya terlebih dahulu,meskipun menjadikan rasa sambal sedikit berbeda. Selain itu untuk mengantisipasi keramaian pengunjung, Warung Bu Kris berencana untuk memperbanyak pengunjung
Inovasi produk secara terus menerus dan penyesuaian harga menjadi poin yang membuat Warung Bu Kris tetap unggul 

Selepas makan siang, 2 orang karyawati dari bank CIMB Niaga cabang Pondok Indah, Yayi(37) dan Arga(31)  bersedia diwawancarai berkenaan dengan kegemaran mereka mampir ke Warung
Bu Kris yang terletak di Jl. RS Fatmawati Raya 37 D Cipete, Jakarta Selatan 12420. Saat diwawancarai, mereka berdua sedang asyik menghabiskan ayam penyet yang telah dipesan sebelumnya. Menu favorit mereka adalah Ayam Penyet dan Ayam Suwir Penyet. Selain itu mereka merasa cocok dengan rasa sambal yang ditawarkan Warung Bu Kris. Keduanya mengetahui Warung Bu Kris ini karena pengaruh word of mouth dan rekomendasi dari temannya dari Surabaya. Kebetulan,keduanya memiliki kantor yang terletak tidak jauh dari Warung Bu Kris. Saran untuk Warung Bu Kris dari kedua wanita ini adalah sistem pembayaran yang memungkinkan mereka menggunakan debit/credit card.Salah satu yang paling diingat adalah kesegaran dan citra rasa dari Sambal yang menurut keduanya khas,beda dan membaut ketagihan. Kenikmatan produk dan harga yang terjangkau yang ditawarkan oleh pengelola pun cocok dengan apa yang dirasakan dan diharapkan konsumen. Marketing communication dari pengelola pun dirasa cukup efektif dan menarik pengujung untuk datang
 “Memang kan saya suka sambel dan saya cocok dengna sambelnya bu Kris, dan disbandingkan restoran restoran yang menjual penyet penyetan yang lain, bu kris itu yang rasanya paling enak, gorengnya ga terlalu kering”, kata Arga, karyawan bank saat ditanyakan mengenai alasannya memilih bu Kris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar