Warung Bu Kris
adalah salah satu rumah makan sederhana yang terletak di Jakarta Selatan. Rumah
makan milik keluarga ini sudah berdiri di Fatmawati sejak 5 tahun lalu.
Pengelolanya. Bapak Randra, adalah generasi ketiga dari pemegang merek Bu
Kris. Dengan range harga 3000-52000,
Warung Bu Kris mampu menyedot perhatian banyak kalangan yang melewati jalan RS
Fatmawati. Rasa yang enak, lokasi yang strategis hingga harga yang terjangkau
mampu menarik hingga ratusan orang per hari. Konsumen dari Warung Bu Kris
antara lain adalah pekerja kantoran, ibu rumah tangga, hingga para kaum muda.
Usianya beragam, mulai dari anak anak, hingga lansia . Dengan menu favorit ayam
penyet, yakni ayam penyet dengan berbagai jenis sambal, Bu Kris sukses
mempertahankan eksistensinya di kalangan restoran restoran serupa yang berjajar
di daerah Fatmawati dan Cipete. Harga
16.000 untuk sepotong ayam penyet dirasa pas dan sebanding oleh sebagian besar
kalangan
Ditemui di
restorannya pada hari kerja, Pak Randra banyak menceritakan pengalanannya
seputar mengelola restoran legendaris ini. Dalam perbincangan di pagi hari itu,
Pak Randra yang memegang restoran tersebut 4 tahun terakhir menceritakan
bahwa ia mengharapkan pengunjung yang
datang ke rumah makannya mendapatkan
kesan bahwa Warung Bu Kris itu bersih, terjangkau dan nikmat.
Selain itu, Pak
Randra mengatakan bahwa Warung Bu Kris hingga kini belum pernah memasang iklan
berbayar pada media massa. Seluruh iklan yang ada,menurut Pak Randra,adalah
hasil review konsumen yang puas dengan kualitas produk dan pelayanan Warung Bu
Kris
Bagi Pak Randra,
terdapat keunikan tersendiri dari Warung Bu Kris yang terletak di Fatmawati ini
disbanding Warung Bu Kris di tempat lain. Misalnya saja, di warung Bu Kris
Fatmawati, pengunjung biasanya terpaku pada menu andalan Ayam Penyet Saja, hal
ini berbeda daripada Warung Bu Kris di BSD yang biasanya lebih bervariasi
pilihan menunya mulai sayur hingga menu lain. Selain itu pengunjung yang lebih
senior biasanya lebih menyukai menu yang menggunakan sayur seperti gado gado
dll
Saat ditanya
mengenai strategi sukses membangun warung Bu Kris, Pak Randra pun menjawab “ Kita
lebih focus pada inovasi produk, produk kita tingkatkan terus dan citra rasa.
Kedua dari harga /price. Kita pokoknya price yang kita buat itu selalu bisa
punya terjangkau pada seluruh kalangan. Ketiga kita kan ini bisnis keluarga,ya
solidnya kita keluarga ini untuk membangun image dari watung Bu Kris itu
sendiri, yaitu image yang terjangkau, tapi makanannya enak dan sesuai selera
konsumen”
Saat sedang
ramai, Pak Randra menyiasatinya dengan menyiapkan bahan makanan terlebih dahulu
dan menyiagakan sumber daya manusia, sehingga proses memasak makanan pun tidak
terlalu lama. Hal ini untuk memastikan bahwa pengujung tidak menunggu terlalu
lama dan arus keluar masuk pengujung bisa menjadi lebih cepat. Pak
Randra juga mengatakan bahwa biasanya waktu berkunjung di Warung Bu Kris tidak lebih dari 1 jam. Hal
ini dihitung dengan rata-rata, yakni 5
menit untuk memesan, 15 menit menunggu pesanan, 5-20 menit untuk menikmati masakannya, dan setelahnya pengunjung
biasanya mengobrol dan bercanda sejenak. Tidak jarang pula ada pengunjung yang menghabiskan waktu lebih lama( terutama pada apgi hari) untuk membaca koran, dll. Namun hal ini bisa berbeda pada hari minggu dimana
pengunjungnya baisanya keluarga. Pengunjung keluarga ini cenderung lebih lama
menghabiskan waktu di Bu Kris karena tidak tergesa gesa jam istirahat.
Biasanya, keluarga yang berkunjung menghabiskan waktu selain untuk makan juga
untuk ngobrol ngobrol, bersantai sejenak, berbagi pengalaman dan membahas
Selain itu, karena perputaran arus pengujung
yang tergolong singkat, waktu menunggu pengunjung untuk mendapatkan meja
biasanya tidak lebih dari 30 menit. Saat menunggu mendapatkan meja,biasanhya
pengujung sudah ditawarkan menu untuk mempersingkat waktu dalam memilih menu
yang akan dipesan. Pengunjung juga dapat langsung memesan makanan, sehingga
saat pengjung mendapatkan meja, pesanan sudah siap. Saat weekend, pengunjung
yang membawa kendaraan roda 4 juga dapat memarkirkan kendaraannya di ruko
sekitar Warung Bu Kris,dikarenakan ruko tetangga dari WArung Bu Kris sendiri hanya
buka pada weekdays saja.
Dalam mengelola
menu baru, Pak Randra biasanya melakukan uji coba di Warung Bu Kris yang berada
di Surabaya. Dengan riset seadanya dan meneliti kemiripan preferensi rasa
antara pengunjung WArung Bu Kris Surabaya dan Jakarta, dapat disimpulkan bahwa
apabila menu baru laku di Surabaya, hal tersebut juga kemungkinan besar akan
laku di Jakarta. Namun, ada juga penyesuaian terhadap pengujung di tiap Outlet
seperti misalnya di Jakarta, pepes bandeng yang laku di Surbaya,ternyata kurang
disukai pengjung di Jakarta karena dianggap terlalu pedas
Salah satu
keunikan dari Warung Bu Kris adalah bahwa pengujung dapat memilih sendiri
tingkat kepedasan dair sambal yang ada. Selain itu, pengujung dapat meminta
apabila menginginkan sambal tertentu yang misalnya, lebih manis dari sambal
biasa. Pak Randra mengatakan bahwa sebenarnya Warung Bu Kris sudah memiliki
standar tertentu dalam mengatur kepedasan produknya. Namun, seringkali ada
permintaan tertentu dari pengujung. Selain itu, lulusan dari Sekolah Masak ini
juga mengatakan bahwa rasa dari sambal juga dipengaruhi banyak factor seperti
cuaca, dll
Mengenai standar
pelayanan, pengjung yang datang ke Warung Bu Kris awalnya biasanya mencari
tempat duduk sendiri, kemudian ditawarkan menu sekaligus form pemesanan.
Pelayan kemudian meninggalkan meja pengujung
untuk melakukan pekerjaan lain selama pengunjung memilih dan menulis
pemesanan. Setelah selesai memilih dan menulis pemesanan, pengunjung akan
memanggil pelayan. Pelayan kemudian akan mengulangi pemesanan dan kemudian
membawa formulir tersebut ke dapur untuk kemudian ditindaklanjuti. Setelah
pesanan siap di dapur, pelayan akan mengantarkan pesanan ke meja konsumen
kemudian setelah selesai makan, pengunjung kemudian akan meminta bon kepada
pelayan. Di Warung Bu Kris Sendiri, semua pembayaran harus dilakukan secara
tunai (tidak bisa menggunakan kartu debit/kredit)
Saat
memperkenalkan Warung Bu Kris di Fatmawati, dibutuhkan 6 bulan untuk menjadikan
tingkat penjualan di Warung Bu Kris stabil seperti sekarang. Pembukaan cabang
di Jakarta sendiri merupakan permintaan dari KonsumenSurabaya yang menginginkan
adanya Warung Bu Kris di Jakarta. Konsumen setia itulah yang menjadi tombak
word of mouth dari Warung Bu Kris. Tanpa diminta, banyak konsumen Surabaya yang
kemudian merekomedasikan rumh makan ini kepada orang orang disekitarnya. Word
of Mouth sendiri dibantu oleh website kuliner seperti openrice.com dll.
Komplain yang
paling sering didapat dari Warung Bu Kris baisanya seputar produk. Hal ini
disebabkan selera pengujung yang berbeda-beda. Warung Bu Kris sendiri bisa
menyesuaikan sambal dengan keinginan pengunjung. Komplain di Warung Bu Kris
biasanya disampaikan langsung pada waitres
(tidak melalui mekanisme khusus seperti formulir complain dll).
Rencana kedepan
dari Warung Bu Kris adalah menyediakan sambal yang dibungkus untuk dibawa. Hal
ini cukup sulit karena sambal biasanya tidak tahan lama. Hal ini disiasati dengan menggoreng sambalnya
terlebih dahulu,meskipun menjadikan rasa sambal sedikit berbeda. Selain itu
untuk mengantisipasi keramaian pengunjung, Warung Bu Kris berencana untuk
memperbanyak pengunjung
Inovasi produk
secara terus menerus dan penyesuaian harga menjadi poin yang membuat Warung Bu
Kris tetap unggul
Selepas makan
siang, 2 orang karyawati dari bank CIMB Niaga cabang Pondok Indah, Yayi(37) dan
Arga(31) bersedia diwawancarai berkenaan
dengan kegemaran mereka mampir ke Warung
Bu Kris yang terletak di Jl. RS Fatmawati Raya 37 D Cipete, Jakarta Selatan 12420. Saat diwawancarai, mereka berdua sedang asyik menghabiskan ayam penyet yang telah dipesan sebelumnya. Menu favorit mereka adalah Ayam Penyet dan Ayam Suwir Penyet. Selain itu mereka merasa cocok dengan rasa sambal yang ditawarkan Warung Bu Kris. Keduanya mengetahui Warung Bu Kris ini karena pengaruh word of mouth dan rekomendasi dari temannya dari Surabaya. Kebetulan,keduanya memiliki kantor yang terletak tidak jauh dari Warung Bu Kris. Saran untuk Warung Bu Kris dari kedua wanita ini adalah sistem pembayaran yang memungkinkan mereka menggunakan debit/credit card.Salah satu yang paling diingat adalah kesegaran dan citra rasa dari Sambal yang menurut keduanya khas,beda dan membaut ketagihan. Kenikmatan produk dan harga yang terjangkau yang ditawarkan oleh pengelola pun cocok dengan apa yang dirasakan dan diharapkan konsumen. Marketing communication dari pengelola pun dirasa cukup efektif dan menarik pengujung untuk datang
Bu Kris yang terletak di Jl. RS Fatmawati Raya 37 D Cipete, Jakarta Selatan 12420. Saat diwawancarai, mereka berdua sedang asyik menghabiskan ayam penyet yang telah dipesan sebelumnya. Menu favorit mereka adalah Ayam Penyet dan Ayam Suwir Penyet. Selain itu mereka merasa cocok dengan rasa sambal yang ditawarkan Warung Bu Kris. Keduanya mengetahui Warung Bu Kris ini karena pengaruh word of mouth dan rekomendasi dari temannya dari Surabaya. Kebetulan,keduanya memiliki kantor yang terletak tidak jauh dari Warung Bu Kris. Saran untuk Warung Bu Kris dari kedua wanita ini adalah sistem pembayaran yang memungkinkan mereka menggunakan debit/credit card.Salah satu yang paling diingat adalah kesegaran dan citra rasa dari Sambal yang menurut keduanya khas,beda dan membaut ketagihan. Kenikmatan produk dan harga yang terjangkau yang ditawarkan oleh pengelola pun cocok dengan apa yang dirasakan dan diharapkan konsumen. Marketing communication dari pengelola pun dirasa cukup efektif dan menarik pengujung untuk datang
“Memang kan saya suka sambel dan saya cocok
dengna sambelnya bu Kris, dan disbandingkan restoran restoran yang menjual
penyet penyetan yang lain, bu kris itu yang rasanya paling enak, gorengnya ga
terlalu kering”, kata Arga, karyawan bank saat ditanyakan mengenai alasannya
memilih bu Kris


Tidak ada komentar:
Posting Komentar