Ya, Jokowi!
Siapa sih orang Indonesia, terutama yang melek teknologi yang tidak kenal Joko Widodo/ Jokowi? Seorang mantan walikota, Gubernur DKI Jakarta, sekaligus Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk tahun 2019
Ya, dialah yang selama ini menghiasi media massa di Indonesia, tidak hanya di media cetak, melainkan juga dimedia elektronik seperti kompas.com, detik.com dan lain-lain. Menginjak satu tahun kepemimpinannya, popularitasnya bukan semakin meredup-seperti kebanyakan politisi yang namanya bersinar cepat, namun kemudian meredup-. Bahkan, pengamat poltik manapun akan kehabisan akal menjelaskan bagaimana bisa seorang Jokowi, seorang tukang mebel dan mantan walikota Solo, sebuah kota kecil bisa secepat itu menanjak popularitasnya. Dalam hitungan kurang dari 3 tahun-dari 2011 ke 2014-, beliau 'meloncat' dari sekedar memimpin sekitar 500.000 orang(Solo, 2011), kemudian 9 juta orang(Jakarta, 2012) dan kini hendak memipin Indonesia, negara dengan 238 juta penduduk (2014).
Saya sendiri awalnya adalah seorang siswa biasa yang apatis dengan politik di Indonesia.Saking apatisnya, saya sendiri sangat tidak tertarik untuk melihat, membaca bahkan membahas politik. Rubrik politik dan hukum di media massa saya hanya jadikan ajang untuk mencari bahan tertawaan dan lelucon. Keapatisan saya bukannya tanpa alasan melihat lemahnya penegakan hukum dan maraknya pemberitaan mengenai adu 'bacot' antara manusia-manusia haus kekuasaan yang bagi saya lucu dan mengenaskan. Politikus seolah olah sekumpulan manusia bodoh, banyak bicara, licik dan pintar memutar balikan kata-kata. Kata-kata 'rakyat kecil' digunakan politikus hanya untuk menggambarkan pendukungnya yang picik dan berpikiran sempit. Saya, mengesampingkan fakta bahwa saya WNI, sering merasa malu akan bangsa ini sendiri. Buat apa negara kaya jika penduduknya miskin dan sempit otaknya? Jujur, saya bukan seorang nasionalis. Dibesarkan di Indonesia, saya seringkali hanya menganggap indonesia 'tempat hidup(numpang lahir)'. Banyak orang seperti saya, awalnya sangat menyayangkan mengapa Indonesia dijajah oleh Belanda, dan bukannya Inggris, melihat majunya negara bekas jajahan Inggris, yang rata-rata tertata rapi, terbuka akan keberagaman dan berpendidikan dan mampu mengoptimalkan sumber dayanya yang minim
Dalam hati saya, saya selalu berpikir, andai Indonesia merupakan persemakmuran negara lain, akankah Indonesia menjadi negara maju? Dari kecil saya selalu diajarkan untuk mencintai Indonesia karena Indonesia beragam suku dan bahasanya, kaya akan sumber daya alam, memiliki banyak pulau dan populasi yang besar. Namun, menginjak saya dewasa, saya mengkritisi hal itu dengan bertanya "Lantas, apakah jika Indonesia dijajah negara lain, Apakah pulau-pulau dengan segala keindahannya akan hilang? Apakah sumber daya alam itu akan hilang?"
TIDAK menurut saya. Kekayaan alam seperti pulau yang indah bagi saya merupakan karunia Tuhan, dan tidak peduli negara mana yang mengusainya, pulau itu akan tetap indah. Bahkan, dalam pikiran saya, saya lebih suka pulau-pulau indah Indonesia dikuasai negara asing karena akan lebih terjaga dan terawat dibandingkan jika dikuasai Indonesia
Kekayaan suatu negara ada di manajemen sumber dayanya, bukan di banyaknya pulau, besarnya populasi bahkan sumber daya alamnya. Pulau, raktat, kekayaan alam, dikuasai negara apapun akan tetap ada. Kalimantan, meskipun dikuasai Malaysia, akan tetap kaya dengan hutan-hutan dan minyak bumi, jadi hal itu bukanlah sumber kebanggaan bagi saya sebagai rakyat Indonesia. Nah, bagaimana manajemen dan pemanfaatan sumber daya itulah yang bagi saya menjadi nilai plus dari suatu negara.
Saya akan lebih bangga melihat pemberitaan mengenai Indonesia sebagai negara termakmur dan negara dengan tingkat kesejahteraan rakyat yang tinggi dibandingkan berita 'pengalih isu' seperti Indonesia memiliki jumlah pohon dan pulau terbanyak di dunia/ Indonesia kaya akan sumber daya alam dlsb. Berita semacam itu tidaklah membanggakan buat saya dan berita seperti itu 'basi' bagi saya mengingat berita itu sudah ditawarkan dari berpuluh-puluh tahun. Kesejahteraan, pemanfaatan sumber daya secara efisien merupakan kebanggaan bagi saya karena kesejahteraan hanya bisa ditimbulkan dari manajemen sumber daya yang baik. Buat apa membanggakan banyaknya pulau, banyaknya SDA dll yang 'diluar kendali kita sekarang dan merupakan pemberian Tuhan'. Buat apa banyak rakyat tapi rakyatnya miskin dan tidak mencintai negaranya sendiri, bahkan malu akan bangsanya sendiri (dalam kasus ini banyak kaum muda yang kausnya WNI namun tidak nasionalis, contoh: lebih senang dan lebih bangga menggunakan bahasa, produk, bahkan lahir di negara asing,-dalam kasus ini mirip dengan saya-) Bahkan banyaknya pulau, banyaknya pohon pun kini hanya sekedar tertawaan karena begitu dahsyatnya pembalakan liar dan pulau Indonesia yang statusnya 'antara milik Indonesia atau milik asing karena Indonesia sebagai pemilik pulau saya menelantarkannya' . Saya lebih bangga melihat usaha suatu bangsa dalam mengelola sumber dayanya dibandingkan membanggakan sumber daya itu sendiri. Singapura, negara kecil tanpa sumber daya berarti dibanding Indonesia, bagi saya membanggakan mengingat negara itu bisa 'lebih terkenal bagi sebagian orang di dunia dibanding Indonesia dan memiliki tingkat kesejahteraan lebih tinggi dibanding Indonesia yang katanya 'kaya'
Nah, berkaitan dengan manajemen sumber daya, dalam pandangan saya manajemen sumber daya itulah yang perlu dibenahi untuk membuat suatu negara yang 'membanggakan'. Bagaimana mengatur negara? Itulah politik. Buruknya citra Indonesia tidak lepas dari buruknya manajemen umber dayanya, dalam hal ini politiknya. Politik, seperti yang telah dibahas, merupakan alat untuk mencapai kekuasaan
Kembali ke masalah Jokowi, saya sebagai awam politik, seorang yang dulunya tidak suka politik, namun kini berkat Jokowi menjadi lebih peduli dengan politik, menganggap beliau sebagai orang yang luar biasa hebat. Saya kagum dengan solusi yang beliau tawarkan kepada Jakarta selama memimpin Jakarta selama 1,5 tahun belakangan. Pemberdayaan sumber daya Jakarta yang dilakukan Jokowi cukup menyadarkarkan saya bahwa Indonesia masih punya harapan.
Birokrasi busuk yang bagi saya hanya 'menyulitkan yang mudah' diterobos Jokowi melalui pelayanan terpadu satu pintu yang memutus panjangnya birokrasi yang menyulitkan pelayanan publik dan membuat rakyat harus mengeluarkan uang lebih untuk menyogok demi mempercepat proses birokrasi itu. Ia juga membenahi proses manajemen PNS dengan mengadakan lelang jabatan agar orang-orang yang berkualitas bisa menempati jabatan PNS tanpa embel-embel struktural. Misalnya saja, jika sebelumnya seseorang harus mendapat rekomendasi dari kepala sekolah sebelumnya untuk menempati jabatan kepala sekolah, kini hal itu bisa ditembus dengan cukup mengikuti proses lelang jabatan .Sogokan untuk menjadi PNS(rahasia umum) kini bisa diminimalisir
Tempat tinggal warga yang 'menyusahkan dan merusak kota-mengingat tinggal di ruang publik dan tanpa malu mengakuinya, bahkan meminta uang ganti rugi apabila diusir-" kini dibenahi sehingga tidak ada lagi alasan bagi warga untuk tidak mau pindah ke rusun. Bagi yang punya sertifikat tanah namun di daerah perkampungan kumuh, kini ditata melalui kampung deret agar lebih rapi.
Pendidikan dan kesehatan kini bisa terjamin bagi seluruh kalangan melalui Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar yang lagi-lagi ditujukan untuk mengurangi alur birokrasi untuk mendapat kartu serupa yang dikeluarkan pemerintah sebelumnya(dengan syarat yang panjang dan rumit, dan lagi-lagi rawan penyogokkan).
Pemberdayaan lingkungan hidup kini dilakukan dengan merawat waduk-waduk melalui normalisasi, penghijauan kembali daerah bantaran kali
Sistem tender untuk memenangi proyek pemprov kini bisa dikurangi kecurangannya dengan e-catalog
Macet mulai diatasi dengan pembangunan transportasi massal, meningkatkan biaya parkir, mengadakan parking meter dll
Penerimaan pajak mulai dibenahi dengan adanya pajak online
Pedagang Kakilima muulai ditata dengan menggiatkan pasar berbasis kerakyatan
Budaya dilestarikan dengan pameran budaya, revitalisasi kota tua
dan masih banyak lagi tindakan beliau
Jujur, baru kali ini saya 'ngeh' bahwa ada politikus yang bener di Indonesia. Bersama Ahok (Basuki Tjahja Purnama), Jokowi mulai merubah Jakarta. Mungkin karena banyaknya pemberitaan, saya mulai sadar akan pentingnya politik dalam merubah Indonesia. Rasa cinta tanah air mulai tumbuh dalam diri saya, berkat adanya harapan akan perbaikan di masa depan. Sumber daya Indonesia yang melimpah hendaknya diberdayakan melalui manajemen yang baik, dan hal ini bisa diwujudkan melalui politik yang baik
Saran dari saya, Pemerintahan jakarta dibawah Jokowi-Ahok kini banyak diterpa oleh demo karena janji janji yang dikeluarkan Jokowi-Ahok, baik selama kampanye, maupun wacana-wacana. Saran saya, jangan mudah mengeluarkan janji-janji dan melempar wacana yang tidak jelas. Misalnya saja, wacana pemberantasan DVD bajakan yang dikeluarkan Ahok, wacana sistem ganjil-genap plat kendaraan yang kini tanpa kelanjutan, wacana zero hole pada jalan yang tidak realistis, wacana lain yang terkesan menggebu-gebu dan memberi harapan baru. Wacana yang dilempar kepada publik namun tanpa penerapan menggambarkan kegamblangan dan ketidak siapan Jokowi-Ahok dalam memimpin Jakarta. Seolah-olah, sekarang adalah saat brainstorming(dilemparnya ide-ide). Kini saatnya pelaksanaan. Melontarkan dan mempelajari wacana diharapkan bukan pada masa jabatan, melainkan saat-saat kampanye dan pra pencalonan. Wacana yang dilempar memang tidak salah, namun menurunkan tingkat kepercayaan warga terhadap Jokowi-Ahok dan terkesan asal-asalan (asal bunyi). Optimis boleh, namun tetap harus realistis dan bisa dipertanggung jawabkan. Hati hati pula menggunakan kata-kata rakyat, karena rakyat itu banyak dan memiliki pandangan berbeda-beda.
Mengenai pencapresan Jokowi, saya sendiri kurang setuju mengenai hal ini. Kutu loncat, seberapapun hebatnya kutu itu, tetap tidak patut dicontoh. Saya sadar, hal ini akan membantu perbaikan Indonesia kedepannya, namun pencapresan Jokowi berarti pengkhianatan janji publik. Saya tetap akan memilih Jokowi apabila nanti pemilu, namun sedikit banyak saya menyayangkan hal ini. Saya cukup meragukan Jokowi akan tetap memimpin Indonesia apabila nantinya ditawari jabatan yang lebih tinggi,semisal Sekjen PBB/lain-lain
Akhir kata, mohon maaf apabila banyak kekurangan.Saya hanyalah mahasiswa yang idealis, memiliki pandangan. Pengetahuan saya terbatas, dan tulisan ini hanyalah pandangan pribadi saya, tanpa bermaksud menghina, maupun menyinggung pihak lain
Salam,
Christianto Jonosewojo
Sekaya-kayanya orang, apabila ia tidak mampu mengelola kekayaannya, suatu saat akan habis juga
Sepintar-pintarnya orang, apabila ia tidak mampu memanfaatkannya dengan bijak, ia adalah orang yang tak beguna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar